Pengantar

Pedoman Pelaksanaan Homeschool:

Petunjuk umum

Petunjuk khusus 0-2 tahun

Petunjuk khusus 2-5 tahun

Petunjuk khusus 5 tahun ke atas

Modul Homeschool Juni 2006:

0-2 tahun

2-3 tahun

3-4 tahun

4-5 tahun

 

Lembar Evaluasi (belum tersedia)

 

      

                    

  

PENGANTAR

 

Bismillahirrahmanirrahiim...

Al ummu madrasatul uula

Ibu adalah sekolah yang pertama (bagi anak-anaknya)

Hadits riwayat Bukhari dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah bersabda:

"Setiap anak yang dilahirkan itu telah membawa fitrah beragama (perasaan percaya kepada Allah).  Maka kedua orangtuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani ataupun Majusi"

Imam Al Ghazali mengatakan:
"Anak itu adalah amanat bagi kedua orangtuanya.  Dan hatinya yang suci itu adalah permata yang mahal.  Apabila ia diajar dan dibiasakan kebaikan, makaia akan tumbuh pada kebaikan itu dan akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.  Tetapi apabila ia dibiasakan untuk melakukan kejahatan (halyang tidak baik), maka ia akan sengsara dan binasa".

Dalam buku Tarbiyyatul Aulad fil islam (Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam) oleh Dr. Abdullah Nashih Ulwan

Metode-Metode yang Influentif dalam membentuk dan Mempersiapkan anak, di antaranya: pendidikan dengan keteladanan, pendidikan dengan adat kebiasaan,  pendidikan dengan nasihat, pendidikan dengan memberi perhatian, dan pendidikan dengan memberikan hukuman.

A. Pendidikan dengan Keteladanan

Keteladanan dalam pendidikan anak adalah metode yang paling influentif yang paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk anak di dalam moral, spiritual dan sosial.  Hal ini karena pendidik adalah contoh terbaik dalam pandangan anak yang akan ditirunya dalam tindak-tanduknya, dan tata santunnya, disadari ataupun tidak, bahkan tercetak dalam jiwa dan perasaan sutu gambaran pendidik tsb, baik dalam ucapan atau perbuatan, baik material atau spiritual, diketahui atau tidak
diketahui.

Allah SWT juga telah mengajarkan, dan Dia adalah peletak metode samawi yang tiada taranya, bahwa Rasul yang diutus untuk menyampaikan risalah samawi kepada ummat manusia, adalah seorang yang mempunyai sifat-sifat luhur, baik spiritual, moral maupun intelektual.

" Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah saw suri tauladan yang baik" (Qs 33;21)

Al-Asakari dan Ibnu As-Sam'ani meriwayatkan dari Rasulullah SAW, bahwa beliau bersabda:

" Tuhanku telah mendidikku dengan pendidikan yang baik"

cat: hadits ini sanadnya terdapat kelemahan , tapi maknanya shahih.

Dengan demikian, ketahuilah wahai para ayah, ibu dan pendidik, bahwa pendidikan dengan memberikan teladan yang baik adalah penopang dalam upaya meluruskan kebengkokan anak.  Bahkan merupakan dasar dalam peningkatan pada keutamaan , kemuliaan dan etika sosial yang terpuji.

Tanpa memberikan teladan yang baik ini, pendidikan terhadap anak-anak tidak akan berhasil, dan nasihat tidak akan membekas. Karenanya, bertakwalah kepada Allah swt, wahai para pendidik dalam mendidik anak-anak kita.  Mendidik mereka adalah tanggung jawab yang dibebankan atas pundak kita.

B. Pendidikan dengan Adat Kebiasaan

Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah.

"Fitrah Allah yg telah menciptakan manusia mnr fitrah itu.  Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.  (Itulah) agama yang lurus; tapi kebanyakan manusia tidak mengetahui" (QS: 30:30)

Yang dimaksud dengan fitrah Allah adalah bahwa manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama, yaitu agama tauhid.  Dari sini, peranan pembiasaan, pengajaran dan pendidikan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak akan menemukan tauhid yang murni, keutamaan-keutamaan budipekerti, spiritual dan etika agama yang lurus.

Akan halnya faktor pendidikan Islam yang utama, Rasulullah menegaskan dalam banyak hadits:

"Seseorang yang mendidik anaknya adalah lebih baik daripada ia bersedekah dengan satu sha" (HR. Tirmidzi)

"Tidak ada pemberian yang lebih baik dari seorang ayah kepada anaknya daripada akhlak yang baik" (HR Tirmidzi)

"Ajarilah anak-anak dan keluargamu kebaikan, dan didiklah mereka" (HR Abdu'r Razaq dan Sa'id bin Manshur)

" Didiklah anak-anak mu dalam tiga perkara: cinta kepada Nabimu, cinta pada keluarganya (ahlu'l-bait) dan membaca Al Quran" (HR Ath Thabrani)

Juga adanya pengaruh faktor lingkungan rumah, lingkungan sosial, sekolah atau luar rumah lainnya.

"Seseorang berada dalam tuntunan temannya, maka hendaklah salah seorang dari kamu melihat siapa yang menjadi temannya" (HR Tirmidzi)

Pemahaman hadits ini adalah bahwa teman mempunyai pengaruh besar terhadap seseorang.

Salah satu wasiat Ibnu Sina dalam pendidikan anak-anak:

"Hendaklah bersama seorang anak kecil dalam pergaulan sehar-hari, karena anak-anak kecil yang berbudi pekerti baik, beradat kebiasaan terpuji, dan karena anak kecil dengan anak kecil lebih membekas pengaruhnya, satu sama lain akan saling meniru terhadap apa yang mereka lihat dan perhatikan".

Sebuah kisah, Ar-Raghib Al-Ashdahani menyebutkan bahwa Al-Manshur mendatangi beberapa orang tawanan dari Bani Umayyah. Ia mengatakan, "Apakah derita yang paling pahit yang kalian rasakan dalam tahanan ini?" Mereka menjawab" Kehilangan kesempatan kami untuk mendidik anak-anak."

InsyaAllah, marilah kita manfaat kesempatan mendidik anak-anak kita, buah hati kita, cahaya mata kita, sumber 'angin segar' kita dikala kita kepayahan dengan dosa-dosa kita diyaumil akhir nanti (dengan doa anak yg sholeh).  Karena 'masa-masa emas' mendidik seorang anak itu tak lama.

Wallahualam bishowab.

 

PETUNJUK UMUM

  1. Ikhlaskan niat kita dalam mendidik anak semata-mata untuk mengharap ridlo Allah.

  2. Siapkan diri kita (orang tua) saat akan mengajarkan materi pada anak, ketidaksiapan orang tua membuat kita tidak sabar jika anak berperilaku tidak sesuai yg kita harapkan.

  3. Ciptakan suasana yang menyenangkan bersama anak.   Ciptakan suasana gembira saat materi diajarkan, pada anak 2-5 tahun materi dapat diberikan sambil bermain, mis:  menghafalkan hadis dapat dilakukan sambil anak bermain mobil-mobilan, orang tua mengulang-ulang mengucapkan hadis tersebut.

  4. Nyatakanlah kasih sayang anda , hingga anak betul-betul yakin.   Dapat dengan cara pernyataan sayang sambil dibelai, juga dengan contact eyes (kontak mata) sambil anda nyatakan perasaan sayang anda.

  5. Dalam memberikan pelajaran pada anak, usahakan untuk tidak memaksa.

  6. Tanamkan kedisiplinan pada anak sejak dini.   Namun dalam melaksanakannya sesuaikan dengan tingkat usia anak.

  7. Jadilah contoh yang baik bagi anak.

  8. Dalam mengajar hendaknya jangan dengan cara yang monoton (selalu sama/rutin).

  9. Perhatikan kondisi perasaan anak.   Jangan mengajarkan pada anak yang sedang marah,  sedih atau perasaan yang tidak menyenangkan lainnya.

  10. Jangan menuntut terlalu banyak pada anak dan jangan berharap hasil yang serba instant.

  11. Ajarkan anak melalui pembiasaan.   Misalnya menghafalkan doa-doa dengan cara membiasakan anak berdoa setiap hari,  misalnya sebelum makan biasakan berdoa sebelum makan terlebih dahulu.

  12. Berikan penjelasan sesuai pemahaman anak.

  13. Banyak-banyaklah bersabar dan berdoa.

PETUNJUK KHUSUS KELOMPOK UMUR 0-2 TAHUN

  1. Dalam mengajarkan bacaan hadits atau ayat Al-Quran, dapat dilakukan pada saat anak sedang menyusui.

  2. Bacakan dengan suara jelas (tidak meniru suara/nada mengoceh anak kecil) dan lembut, baik bacaan hadits/suratnya juga artinya.

  3. Untuk mengajarkan huruf hijaiyah, bisa dengan cara bermain flash card.

Caranya:

Buat kartu dengan ukuran besar (sparuh ukuran kertas A4).   Tulis huruf hijaiyah dengan spidol merah.  Lalu tunjukkan pada anak secara cepat sambil diucapkan bacaannya.   Sekali bermain, tunjukkan 5-8 kartu.

  1. Untuk mengajarkan huruf hijaiyah bisa dilakukan tiga kali sehari.  Dan berhenti sebelum anak ingin berhenti supaya mereka tetap tertarik setiap kali kita ajak main.

  2. Pelaksanaan ibadah (sholat):
    Untuk anak usia 0-2 tahun:  anak melihat orang tua sholat

PETUNJUK KHUSUS KELOMPOK UMUR 2-5 TAHUN

  1. Berikamn pelajaran pada saat anak sedang santai. Misalnya pada saat menggambar atau bermain (permainan yang tidak menuntut konsentrasi anak seperti main komputer, dan juga yang tidak terlalu ribut seperti mendengarkan tape).

  2. Pada saat anak sedang tenang (tidak melakukan kegiatan apa-apa) misalnya sesudah sholat atau sebelum tidur, ajarkan hadits/doa dengan suara jelas Usahakan agar anak melihat mulut ibu.

Untuk ibu, ucapkan dengan perlahan, jelas dan tidak meniru-niru suara/nada anak yang sedang belajar bicara.

  1. Untuk menjelaskan makna hadits/doa/ayat, bisa disampaikan sambil bercerita atau pada saat sedang jalan-jalan di koen, atau saat berkendaraan.

  2. Dalam mengajarkan iqro, seperti halnya dalam mengajarkan bacaan hadits/ayat/doa, ucapkan dengan jelas, perlahan-lahan dan usahakan anak sambil menatap mata dan mulut ibu. Pengajaran Iqro menggunakan pedoman yg ada dalam buku iqro, dapat pula ditambahkan dengan cara lain (terutama pada anak 2-5 tahun), misalnya:

- menuliskan huruf-huruf hijaiyyah pada balok-balok mainan (jika ada), sehingga sambil bermain menyusun balok, sekaligus mengingat huruf. 

- sambil menggambar, sesekali tuliskan huruf hijaiyyah yg telah dikenal anak dan minta anak untuk menyebutkannya

  1. Untuk mengajarkan sholat atau aktivitas lainnya (missal wudhu), usahakan/ajak anak untuk mulai ikut serta.  Misalkan untuk sholat, walaupun ia sekedar cuma duduk sebentar di sajadah, namun usahakan untuk selalu mengajaknya.

  2. Untuk mengajarkan nilai-nilai ataupun hafalan-hafalan lain (seperti rukun iman, rukun islam, nama nabi, asmaul husna, dll), bisa diajarkan melalui lagu.

  3. Dalam bercerita pada anak, gunakan ekspresi wajah dan suara yg menarik.  Sambil terangkan makna dari cerita tsb.
     

PETUNJUK KHUSUS KELOMPOK UMUR 5 TAHUN KE ATAS

  1. Dalam mengajarkan anak, untuk pelajaran yang membutuhkan konsentrasi, bisadicari/ditetapkan waktu tertentu.  Misalnya setiap pagi sesudah sholat dhuha atau malam sesudah sholat maghrib, dll.

  2. Dalam mengajarkan nilai-nilai islami, pergunakan setiap kesempatan yang ada.

  3. Pengajaran Iqro menggunakan pedoman yg ada dalam buku iqro.
    Catatan: bila anak lebih cocok menggunakan metode yang lain, silakan menggunakan metode yang lain, misalnya Qiroati.

  4. Karena pada usia ini anak sudah mulai bersekolah, maka perhatikan selalu kondisi akhlaq anak setiap harinya.  Perhatikan penambahan kosakata mereka (baik/tidak), hasil pengamatan mereka (melalui dialog dengan anak) atau apa yang menjadi pemikiran mereka.

  5. Cek selalu apakah anak tetap membaca doa selama disekolah misal doa sebelum dan sesudah makan, doa belajar, dll. Bila anak (dari hasil dialog dgn anak) kelihatan sering lupa atau malu membacanya, segera cari pemecahannya. Salah satu contoh: ajak kerjasama sensei disekolah dengan memintakan membaca doa tsb bagi anak. Caranya (setelah bicara dan mendapat persetujuan sensei ybs): tuliskan doa tsb di buku catatan anak-guru dengan huruf katakana atau cara-cara lain sesuai kondisi.

  6. Anak yang sudah bisa membaca, bisa ditemani sewaktu membaca komik ibadah.  Sambil diarahkan maknanya.